Sayuran Itu Murah, Tetapi Kenapa Banyak Orang Lebih Pilih Daging Mahal?
Beritadata - Sayuran umumnya lebih murah daripada daging, namun mengapa orang tidak makan lebih banyak sayuran? Ini adalah pertanyaan yang sering membuat para pendukung pola makan berbasis sayuran merasa bingung dan frustrasi, karena ketidakpopuleran pola makan berbasis tumbuhan bertentangan dengan asumsi dasar tentang pilihan konsumen dan ekonomi perilaku. Faktanya, ada beberapa alasan mengapa sulit untuk membuat orang lebih banyak mengonsumsi sayuran.
Makanan Berbasis Tumbuhan Lebih Murah, tetapi Tetap Kurang Populer
Pada 2021, sebuah studi dari Universitas Oxford menganalisis biaya rata-rata berbagai jenis diet di seluruh dunia, dan menemukan bahwa pola makan berbasis tumbuhan sepenuhnya lebih murah daripada alternatif lainnya, dengan vegetarianisme sebagai peringkat kedua terdekat. Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa daging adalah jenis makanan termahal, jika dibandingkan dengan nilai gizinya.
Hasil ini kembali terkonfirmasi dalam studi tahun 2023, meskipun seperti yang akan kita lihat, cerita berbeda terjadi ketika menyangkut alternatif berbasis tumbuhan untuk produk hewani, dibandingkan dengan tumbuhan mentah itu sendiri.
Selain itu, jajak pendapat publik menunjukkan bahwa orang ingin makan lebih banyak sayuran. Dalam survei tahun 2022, sebanyak 42% responden mengatakan mereka berniat untuk makan lebih banyak makanan berbasis tumbuhan di masa depan, dan 27% mengatakan ingin mengurangi makanan berbasis hewan. Dalam survei tahun berikutnya, lebih dari sepertiga responden menyatakan minat untuk mengadopsi diet vegan, meskipun veganisme tidak identik dengan diet berbasis tumbuhan, ini tetap mengindikasikan ketertarikan besar pada konsumsi lebih banyak sayuran.
Namun, tren ini belum menciptakan perubahan signifikan dalam kebiasaan makan seperti yang diharapkan beberapa pihak. Di Amerika Serikat, orang masih mengkonsumsi lebih sedikit buah dan sayuran, serta lebih banyak daging, daripada yang direkomendasikan dalam Pedoman Diet untuk Warga Amerika. Tingkat veganisme dan vegetarianisme terus berada di angka satu digit. Dalam survei tahun 2023, sebanyak 42% warga Amerika menyatakan mereka telah membuat resolusi tahun baru untuk makan lebih banyak makanan berbasis tumbuhan, hanya untuk kemudian membatalkannya di pertengahan tahun.
Sementara itu, konsumsi daging per kapita hampir dua kali lipat dalam 60 tahun terakhir, yang merupakan berita buruk bagi berbagai dampak, termasuk perubahan iklim. Daging bertanggung jawab atas sekitar 11 hingga 20% emisi gas rumah kaca, dan merupakan beban konstan bagi sumber daya air serta lahan planet kita.
Namun jangan salah, meskipun ada beberapa liputan media yang menyebutkan peningkatan veganisme, daging masih menjadi pusat perhatian dalam kebanyakan diet masyarakat, dan makanan berbasis tumbuhan belum menjadi norma. Ini menjadi masalah, mengingat banyaknya kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh produksi daging.
Secara teori, orang ingin memasukkan lebih banyak sayuran ke dalam pola makan mereka. Namun dalam praktiknya, mereka belum melakukannya.
Mengapa Banyak Orang Tidak Mengkonsumsi Makanan Berbasis Tumbuhan?
Hambatan Praktis atau Ideologis
Bagi sebagian orang, ada tantangan praktis dalam memasukkan lebih banyak makanan berbasis tumbuhan ke dalam pola makan mereka. Buah-buahan, dan sayuran lainnya mungkin lebih murah di toko, tetapi ada persepsi bahwa makanan berbasis tumbuhan lebih sulit disiapkan daripada alternatif berbasis daging.
Lebih dari itu, di beberapa daerah, akses terhadap hasil pertanian segar tidak tersedia. Sistem yang menciptakan dan memperburuk ketidakadilan ini sering disebut sebagai "apartheid makanan." Sebaliknya, makanan cepat saji tersedia melimpah, di mana di AS saja ada 207.827 restoran makanan cepat saji, atau rata-rata satu restoran setiap 18 mil persegi.
Dan tentu saja, ada orang yang secara aktif menentang makanan berbasis tumbuhan. Dalam survei tahun 2023, 16% responden mengatakan mereka belum pernah mencoba alternatif makanan berbasis tumbuhan karena mereka tidak mendukung veganisme. Untuk lebih jelasnya, seseorang tidak perlu "mendukung veganisme" untuk memasukkan makanan berbasis tumbuhan ke dalam diet mereka, bahkan tidak jelas apa yang dimaksud dengan "mendukung veganisme," karena ada banyak alasan berbeda mengapa orang menjadi vegan. Namun demikian, sikap negatif terhadap diet berbasis tumbuhan tetap menjadi hambatan psikologis bagi sebagian orang.
Banyak Orang Mengonsumsi Makanan Berbasis Hewan Secara Default, Bukan Pilihan
Semua faktor ini berkontribusi pada adopsi makanan berbasis tumbuhan yang lambat. Namun menurut Laura Lee Cascada, faktor-faktor tersebut bukanlah keseluruhan cerita.
Cascada adalah Direktur Senior Kampanye di Better Food Foundation (BFF), sebuah organisasi nirlaba yang misinya adalah untuk mempromosikan dan meningkatkan konsumsi publik terhadap makanan berbasis tumbuhan. Cascada mengatakan banyak orang makan daging bukan karena mereka tidak suka sayuran, atau karena mereka tidak bisa mengakses makanan berbasis tumbuhan, melainkan karena konsumsi daging adalah norma budaya yang telah berlangsung lama, yang sangat mempengaruhi bagaimana makanan disajikan dan ditawarkan.
"Makanan biasanya disajikan dengan cara yang memperkuat gagasan bahwa daging harus menjadi bagian utama dari setiap makanan," kata Cascada kepada Sentient. "Sulit bagi orang untuk keluar dari kebiasaan itu ketika mereka tidak melihat komunitas, teman, atau keluarga mereka mengkonsumsi pola makan kaya sayuran."
Nilai yang diberikan masyarakat terhadap konsumsi daging memiliki akar sejarah yang dalam, dan bagi banyak orang, karnivorisme masih dianggap sebagai simbol kejantanan dan kekuatan. Norma-norma ini membuat lebih sulit untuk meyakinkan orang agar mengonsumsi lebih banyak sayuran.
Apa Reaksi Kamu?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow